This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Sabtu, 24 Mei 2014

bersama Rusa Istana Bogor......





































Senin, 12 Mei 2014

Jelajah Gunung Padang-Situs Prasejarah terbesar di Dunia

Hari pilih sendiri
Meeting Point : jam 6.00 samping Sarinah
Thamrin-dkt Bakmi GM

Jam 6.30 : Bus jalan

Jam 10.30 : Tiba di Situs Megalitikum.
Singgah di terowongan Lampegan

Jam 12.00 : Isoma

Jam 13.00-14.00 : Jelajah Situs bersama kuncen
Situs Megalitikum Gunung Padang
Jam 14.10 : Bus siap kembali ke Jakarta,
(bisa lewat Sukabumi)

Jam 19.00 : Tiba di Jakarta- Trip berakhir

Biaya : 350rb/orangdah termasuk Bus AC PP, 3 macam  snack pg, air minum,
tiket, Makan siang, Lokal Guide Kunc
en
Abah Dadi bersama
Legal Guide HPI.

disarankan membawa kain atau sarung
min 30 orang

Konfirmasi DP 75rb/orang ke :
BCA 1281730369 a/n Muhammad Sartono Dj
Mandiri 1240006738372 Muhammad Sartono DJ.

CP Abang Ahmad HUb : 087889980922, 08811342347

Salam.....
AA

Tim Terpadu Riset Mandiri Gunung Padang menduga bahwa situs atau bangunan di dalam perut Gunung Padang sudah ada sejak Zaman Es.
Dikatakan, situs Gunung Padang terdiri atas empat lapis kebudayaan dengan tiap-tiap lapisan dibangun oleh peradaban berbeda.

Lapisan tertua diduga berasal dari masa 11.000 tahun yang lalu dan diduga dibangun oleh peradaban saat itu.
"Jadi (situs Gunung Padang) sudah ada sejak Zaman Es," kata Danny Hilman Natawidjaja, anggota tim riset situs itu.

Bagian bangunan di perut Gunung Padang yang diduga sudah ada sejak Zaman Es adalah yang berada di lapisan paling dasar.

Arkeolog Universitas Indonesia yang menjadi anggota tim riset Gunung Padang, Ali Akbar, mengatakan bahwa dugaan itu masih perlu dikonfirmasi secara arkeologis.
"Yang sudah dikonfirmasi secara arkeologis adalah yang berumur 5.200 tahun," kata Ali Akbar, arkeolog anggota tim riset.

Ia mengatakan bahwa penelitian tentang Gunung Padang masih perlu dilanjutkan guna menguak kemungkinan adanya peradaban yang lebih tua yang pernah hidup di Indonesia.

Selasa (28/1/2014) hari ini, Ali Akbar meluncurkan bukunya yang berjudul Situs Gunung Padang, Misteri dan Arkeologi.

Memang kontroversial

Danny mengakui bahwa hasil penelitian Gunung Padang kontroversial. Salah satu faktornya, belum dikenal peradaban maju di Indonesia 11.000 tahun lalu.
Namun, ia mengungkapkan kemungkinan adanya peradaban yang membangun situs Gunung Padang pada masa lalu.

Sejarah membuktikan bahwa bangkit dan runtuhnya peradaban manusia sangat dipengaruhi oleh bencana alam.
Dalam kurun waktu 11.000 tahun, mungkin ada peradaban nusantara yang membangun situs Gunung Padang runtuh akibat bencana.

Situs Gunung Padang mulai dibicarakan sejak munculnya klaim adanya piramida di perut gunung tersebut.
Tim riset mandiri Gunung Padang melakukan penelitian lewat analisis tomografi, georadar, geolistrik, serta arkeologis.
Hasil analisis tomografi mengungkap adanya zona dengan cepat rambat suara rendah. Artinya, terdapat rongga di perut Gunung Padang.

Sementara itu, georadar dan geolistrik mengungkap adanya water loss yang juga menjadi indikasi adanya rongga.
Di sisi lain, penelitian geologis menguak bahwa terdapat lapisan tanah yang bukan hasil pelapukan, melainkan dikumpulkan sebagai dasar bangunan.
Kesimpulan hasil penelitian memicu kontroversi. Beberapa arkeolog dan geolog menganggap bahwa para arkeolog dan geolog dalam tim riset itu terlalu "jump to conclusion".

Geolog Awang Harun Satyana menyatakan bahwa mungkin saja ada ruang di dalam perut Gunung Padang, tetapi belum tentu ruang itu buatan manusia.
Kepala Balai Arkeologi Yogyakarta, Siswanto, mengatakan, harus ada jejak budaya sebelum mengatakan bahwa terdapat lapisan budaya dalam Gunung Padang.

Danny memaparkan, sangat wajar bila kontroversi muncul dari hasil penelitian ini. "Ini memang sangat frontier. Jadi kalau banyak ilmuwan kaget, wajar," katanya.( sumber Kompas)



















































































































































Stasiun Lampegan :

KOMPAS.com- Belum banyak memang yang tahu keberadaan stasiun Lampegan. Bahkan untuk masyarakat Jawa Barat sendiri, stasiun ini cukup lama tak terdengar. Stasiun Lampegan berada di jalur kereta api jurusan Sukabumi dan Cianjur. Stasiun ini berada di di desa Cibokor, Cianjur, Jawa Barat.
Stasiun Lampegan adalah salah satu jejak sejarah perkeretaapian di Indonesia. Dibangun pada tahun 1882 di masa pemerintahan Belanda. Oleh pemerintah saat itu, jalur kereta ini dibangun untuk mengangkut hasil bumi seperti palawija, kopi, dan rempah-rempah. Sampai akhirnya ditutup pada tahun 2001 karena ada longsor besar di kawasan stasiun yang membuat jalur rel kereta api terhalang.
Salah satu keunikan stasiun ini adalah setiap kereta api harus melintasi terowongan Lampegan. Berdasarkan literatur yang ada, terowongan kereta api Lampegan adalah terowongan kereta api pertama di Jawa Barat. Awalnya terowongan ini dibangun sepanjang 686 meter. Namun akibat rusak yang disebabkan gempa bumi, terowongan kini panjangnya menjadi 415 meter.
Terowongan ini menyisakan banyak kisah. Nama Lampegan sendiri berawal dari terowongan ini, bukan nama desa setempat atau stasiunnya. Alkisah, saat terowongan mulai dibangun pada tahun 1879-1892, mandor Belanda sering mengingatkan para pekerja agar berhati–hati di kegelapan terowongan dan waspada terhadap bahaya zat asam yang ada di dalamnya.

KOMPAS.COM/FIRA ABDURACHMAN Stasiun kereta api Lampegan di Desa Cibokor, Pasir Gunung Keneng, Cianjur, Jawa Barat.
Saat memeriksa pekerjaan terowongan, sang mandor selalu membawa lampu. Saat berkeliling inilah, mandor sering kali berteriak dalam logat Belanda, “Lamp... pegang. Lamp... pegang”. Maksudnya adalah tolong lampu dipegang. Akhirnya sampai ke telinga masyarakat lokal menjadi Lampegan. Nama Lampegan pun dijadikan nama terowongan dan stasiunnya, Sampai sekarang.



Mulai 2009, PT Kereta Api Indonesia mulai memperbaiki bangunan Stasiun Lampegan termasuk terowongannya. "Rencana 8 Februari nanti dimulainya perjalanan kereta api Sukabumi ke Cianjur melewati Lampegan," kata Juru Bicara PT KAI, Sugeng Priyono kepada Kompas.com. Sampai sejauh ini kereta api jurusan Sukabumi – Cianjur ada dijadwalkan 3 kali keberangkatan per hari.